Laporan Ekologi Umum "Populasi Dekomposer"

POPULASI DEKOMPOSER



Abstrak

Tanah sangat vital peranannya bagi semua kehidupan dibumi karena tanah mendukung kehidupan tumbuhan dengan menyediakan hara dan air sekaligus sebagai penopang akar. Tanah juga menjadi habitat hidup berbagai mikroorganisme. Bagi sebagian besar hewan darat tanah menjadi lahan untuk hidup dan bergerak. Praktikum dengan judul POPULASI DEKOMPOSER ini bertujuan untuk untuk mengetahui jenis dan jumlah mikroorganisme yang terdapat dalam suatu ekosistem yang bekerja membantu menghancurkan bahan organik. Praktikum ini dilaksanakan pada hari sabtu,3 desember 2011 bertepat di laboratorium pmipa universitas jambi.


Kata kunci : Laporan, Populasi dekomposer, Ekologi umum



PENDAHULUAN

Perbedaan jenis dan faktor lingkungan tanah, menyebabkan perbedaan tingkat kesuburan dan jumlah anggota populasi dekomposer yang terdapat didalam tanah khususnya cacing tanah. Mengingat pentingnya peranan dekomposer (cacing tanah) tersebut sebagai bio indikator untuk mengetahui kualitas serta tingkat kesuburan tanah sehingga diperlukan pengamatan terhadap populasi dekomposer tersebut.

Di dalam tanah, berdasarkan fungsinya dalam budidaya pertanian, secara umum terdapat dua golongan jasad hayati tanah, yaitu yang menguntungkan dan yang merugikan. Jasad hayati yang menguntungkan ini, yaitu yang terlibat dalam proses dekomposisi bahan organic dan pengikatan unsur hara, keduanya bermuara pada penyedian hara tersedia bagi tanaman serta sebagai pemangsa parasit. Sedangkan jasad yang merugikan adalah yang memanfaatkan tanaman hidup, baik sebagai sumber pangan maupun sebagai inangnya, yang disebut sebagai hama atau penyakit tanaman ataupun sebagai kompetitor dalam penyerapan hara dalam tanah (Kemas ali,2003).

Hardjowigeno (2007) menjelaskan bahwa suatu perubahan bahan organik kasar menjadi humus hanya terjadi karena adanya organisme hidup di dalam atau diatas tanah dan saling berhubungan satu sama lain dengan lingkungan dalam pem bentukan humus tumbuhan yang merupakan produsen utama. Sisa-sisa tanaman itu menjadi sumber makanan bagi organisme yang menjadi konsumen utama, begitu seterusnya menjadi humus.

Fauna pada ekosistem tanah terdiri atas makro fauna dan mikro fauna. Makro fauna tanah meliputi : herbivora seperti annelida(cacing tanah) ,milusca (bekicot), crustaceae, chilopoda (kelabang), diplolopoda (kaki seribu), dan insecta (serangga) serta karnivora meliputi arachnida (laba-laba, kalajengking), insecta (belalang sembah), ular atnah dan tikus tanah. Sedangkan mikro fauna tanah meliputi protozoa dan rotifera. Makro fauna tanah meningkatkan agregasi tanah, yang merupakan campuran antara bahan-bahan organic dengan tanah, sehingga mempermudah akar-akar tanaman untuk tubuh dengan baik (lud,2005).

Beberapa jenis cacing tanah antara lain: Pheretima, Periony dan Lumbricus. Ketiga jenis cacing tanah ini menyukai bahan organik yang berasal dari pupuk kandang dan sisa-sisa tumbuhan. Cacing memiliki banyak kegunaan antara lain: membantu menghancurkan bahan organic yang dapat mempengaruhi kesuburan suatu tanah, Bahan Pakan Ternak, Bahan Baku Obat dan bahan ramuan untuk penyembuhan penyakit, Bahan Baku Kosmetik dan bahan baku makanan untuk beberapa jenis cacing yang dapat dikonsumsi dan bermanfaat bagi manusia (Sasmita.D.W.1994).

Dalam Dwidjoseputro (2005) dijelaskan bahwa ada beberapa genera bakteri yang hidup dalam tanah (misalnya Azetobacter, Clostridium, dan Rhodospirillum) mampu untuk mengikat molekul-molekul nitrogen guna dijadikan senyawa-senyawa pembentuk tubuh mereka, misalnya protein. Jika sel-sel itu mati, maka timbullah zat-zat hasil urai seperti CO2 dan NH3 (gas amoniak). Sebagian dari amoniak terlepas ke udara dan sebagian lain dapat dipergunakan oleh beberapa genus bakteri (misalnya Nitrosomonas dan Nitrosococcus) untuk membentuk nitrit. Nitrit dapat dipergunakan oleh genus bakteri yang lain untuk memperoleh energi daripadanya. Oksidasi amoniak menjadi nitrit dan oksidasi nitrit menjadi nitrat berlangsung di dalam lingkungan yang aerob. Peristiwa seluruhnya disebut nitrifikasi. Pengoksidasian nitrit menjadi nitrat dilakukan oleh Nitrobacter. Proses nitrifikasi ini dapat ditulis sebagai berikut:

2NH3+3O2 Nitrosomonas, Nitrosococcus 2HNO2+2H2O+Energi 2HNO2 +O2 Nitrobacter 2HNO3+ Energi

Cacing tanah mempunyai peran langsung dalam dekomposisi tanah. Cacing tersebut dapat memecah fragmen-fragmen sampah pada tumbuhan dan mencampurnya dengan tanah. Mereka membawa sampah dari permukaan ke dalam tanah,dan mengeluarkan secret mucus yang dapat memperbaiki struktur tanah. Celah-celah yang dibuat oleh cacing tanah dinamakan drilosfer, yang kaya bahan organic dan nutrien anorganik. Kondisi lingkungan tanah yang baik ini merupakan lingkungan yang baik untuk organisme.

Cacing memiliki enzim selulosa dan khitinase yang ada pada ususnya yang membantu mendegradasi selulosa dan polimer khitin. (lud,2005).

Penghitungan kepadatan populasi cacing tanah, estimasi kepadatan populasi cacing tanah memiliki banyak metode yang telah dikembangkan dalam rangka mengestimasikannya. Antara lain:

A. Cara kimia. Dengan metoda ini semacam zat kimia dituangkan di tanah dan diharapkan cacing tanah tersebut akian keluar dan cacing itu diambil dan dihitung lalu dikoleksi:

Metoda cairan potassium permanganat, Pertama dilakukan oleh Evans dan Guild tahun 1947. Cairan potassium permanganate dituangkan ditanah pada luas tertentu. Cairan itu masuk kedalam tanah sehinga menyababkan cacing tanah keluar. Metoda ini tergantung pada daya penetrasi cairan itu ke dalam tanah. Dengan metoda ini akan didapat hasil yang “ Under Estimate” untuk beberapa jenis cacing tanah.

Metoda formalin, Metoda ini pertama kali ditamukan oleh Raw tahun 1959. Metoda ini kurang baik untuk jenis cacing tanah yang membuat lubang horizontal di tanah karena cairan formalin itu tidak sampai dengan sempurna pada cacing.


B. Cara pengukuran populasi hewan Tanah

Metoda Sortir Tangan ( Hand Sorting Method), Metoda sortir tangan adalah metoda pengambilan cacing tanah yang paling baik,dan hasilnya paling baik digunakan dan dibandingkan dengan metoda lainnya. Kelemahan metoda ini hanyalah karena metoda ini membutuhkan banyak waktu dan tenaga dan ketelitian yang tinggi. Efisien metoda ini dibuktikan oleh Raw, Nelson, dan Satchel pada tahun 1960 dan 1962. Pada metoda ini tanah diambil pada kuadrat yang telah ditentukan luasnya dan kedalamannya, dan tanah itu dimasukkan kedalam suatu kantong dan selanjutnya cacing yang terdapat didalamnya langsung disortir. Cacing yang didapat dibersihkan dan langsung dihitung dan ditimbang beratnya dan selanjutnya diawetkan dalam formalin 10%. Kepadatan populasi berdasarkan biomassa dapat dilakukan dengan cara mengkonfersikan berat segar tanpa makanan dan berat keringnya di laboratorium.

Metoda pengapungan, Metoda ini dapat digunakan untuk cacing tanah yang berukuran kecil yang sulit ditemukan dengan metoda sortir tangan. Mula-mula tanah contoh dicuci, dan selanjutnya material organic yang ada didalam tanah itu lalu diapungkan dalam cairan magnesium sulfat. Butir-butir tanah akan terbenam. Dengan metoda ini cacing yang halus dan kokon tanah akan dapat terkoreksi.

Metoda penyaringan, Metoda ini cacing tanah dicuci engan air dengan tekanan kuat dan disaring dengan ayakan yang ukuran lubangnya bervariasi dari besar ke kecil. Penyaringan mula-mula dilakukan dengan yang berlubang besar sehingga cacing yang besar bersama material organic akan tertinggal dalam ayakan. Selanjutnya ditampung pula dibawahnya dengan ayakan yang makin lama makin kecil sehingga akhirnya semua cacing dan kokon yang ada dalam tanah akan terkumpulkan.

Tujuan
Untuk mengetahui jenis dan jumlah mikroorganisme yang terdapat dalam ekosistem yang bekerja membantu menghancurkan bahan organic

BAHAN DAN METODE
Alat dan bahan Pada praktikum yang berjudul populasi dekomposer menggunakan alat dan bahan yakni komunitas tumbuhan pohon alami, kaya akan jenis tumbuhan bawah, formalin, kalium pemanganat atau air sabun yang pekat atau minyak tanah, embrat, pinset, air pelarut, botol pengumpul meterial, alat tulis dan tabel catatan lapangan

Metode kerja pada praktikum ini antara lain yang pertama di bersihkan serasah penutup tanah dari ekosistem komunitas yang akan di amati selanjutnya membuat batasan dengan satuan meter persegi, sebelumnya sudah disediakan larutan formalin 40% sebanyak 25cc dalam 4,5 liter air. Kemudian di semprotkan dengan cepat pada petak kuadrat yang telah di buat tadi, tunggu hinggan 10-15 menit, dan kumpulkan jenis jenis cacing tanah yang mncul ke permukaan dengan hati-hati. Kemudian meterial ini di simpan kedalam larutan formalin 40%.


HASIL DAN PEMBAHASAN

Pembahasan
Berdasarkan dari praktikum ekologi umum dengan judul Populasi dekomposer di lahan hutan unja dan dalam hal ini dekomposer yang kami dapat adalah cacing, kelabang, dan keluwing. Jumlah cacing yang telah ditemukan dalam populasi yang diamati, terdapat beberapa populasi hewan dekomposer lain didalamnya. Terbukti pada data yang menunjukkan macam macam terhadap jumlah decomposer tangkapannya. Umumnya cacing yang didapat berukuran kecil, hal ini dapat dikarenakan oleh jenis cacing pengurai yang berada dalam keadaan lembab di daerah hutan umumnya adalah jenis dari cacing yang memang berukuran kecil.
Kelompok kami mendapatkan cacing Pada 15 menit pertama dan hanya beberapa cacing yang muncul, hal ini bisa dikarenakan keadaan tanah yang belum terlalu jenuh.

Dekomposer berfungsi untuk menguraikan makhluk hidup yang telah mati, sehingga materi yang diuraikan dapat diserap oleh tumbuhan yang hidup disekitar daerah tersebut serta beberapa jenis organisme (seperti beberapa macam bakteri dan jamur) yang memecah kembali menjadi unsur atau zat organik dalam rangka daur ekologi dengan hidup dari atau merusak protoplasma yang mati (Bahtera,2009).Fauna pada ekosistem tanah terdiri atas makro fauna dan mikro fauna. Makro fauna tanah meliputi : herbivora seperti annelida(cacing tanah) ,milusca (bekicot), crustaceae, chilopoda (kelabang), diplolopoda (kaki seribu), dan insecta (serangga) serta karnivora meliputi arachnida (laba-laba, kalajengking), insecta (belalang sembah), ular atnah dan tikus tanah. Sedangkan mikro fauna tanah meliputi protozoa dan rotifera (lud,2005).

Suhu tanah merupakan salah satu faktor fisika tanah yang sangat menentukan kehadiran dan kepadatan organisme tanah., dengan demikian suhu tanah akan menentukan tingkat dekomposisi material organik tanah. Fluktuasi suhu tanah lebih rendah dari suhu udara, dan suhu tanah sangat tergantung dari suhu udara. Suhu tanah lapisan atas mengalami fluktuasi dalam satu hari satu malam dan tergantung musim.






DAFTAR PUSTAKA

Daftar pustaka lihat DISINI








NB: Anda akan diarahkan ke adf.ly. Cukup tunggu hingga 5 detik. kali Klik SKIP AD.

Terimakasih......










Semoga Bermanfaat

No comments:

Tulis Komentar di sini :)

 
Contact usCreated By Anas
Copyright © 2015 Multimedia